Skip to main content

Osteoartritis

Pendahuluan
            Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertbra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena osteoartritis. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan wanita 12,7%. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sanggat mengganggu mobilitas pasien, karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosial ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.   
Terapi OA pada umumnya simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor-faktor risiko, latihan, intervensi fisioterapi, dan terapi farmakologis. Pada OA fase lanjut sering diperlukan pembedahan untuk membantu mengurangi keluhan nyeri pada OA, biasanya digunakan analgetika atau obat anti-inflamasi non steroid (OAINS). Karena keluhan nyeri pada OA yang kronik dan progresif, penggunaan OAINS biasanya berlangsung lama, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah. Di Amerika penggunaan OAINS menularkan sekitar 10.000-15.000 kematian setiap tahun. Atas dasar masalah-masalah tersebut diatas, para ahli berusaha mencari terapi farmakologis yang dapat memperlambat progresifitas kerusakan kartilago sendi, bahkan kalau mungkin mencegah timbulnya kerusakan kartilago.  


Anamnesis
            Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung maupun tidak langsung pada pasien.1
            Anamnesa mengambil peran besar dalam menentukan diagnosis. Oleh sebab itu, anamnesis harus dilakukan sebaik mungkin sehingga dapat mengambil diagnosis dengan baik pula dan mampu memberikan pertolongan bagi pasien.
            Anamnesis antara dokter dan pasien harus membina hubungan yang baik dapat dilakukan dengan cara menyampaikan ucapan selamat datang dan mempersilahkan pasien duduk dengan sopan, serta menampilkan sikap dan wajah yang ramah. Anamnesis dapat dilakukan dengan menanyakan;2 (1) menanyakan identitas pasien, (2) keluhan utama dan lamanya sakit, (3) riwayat penyakit sekarang dengan menanyakan karakter keluhan utama,perkembangan keluhan utama seperti obat-obat yang telah diminum dan hasilnya, (4) riwayat penyakit dahulu, (5) riwayat pribadi seperti kebiasaan makan, kebiasaan merokok, alkohol, dan penggunaan narkoba, serta riwayat imunisasi, (6) riwayat sosial ekonomi seperti lingkungan tempat tinggal dan hygiene, (7) riwayat kesehatan keluarga, dan (8) riwayat penyakit menahun keluarga seperti alergi, asma, hipertensi, kencing manis, dll.
            Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan, yaitu:1
a.       Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibang-ding dengan gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat radiokulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri di betis yang biasa disebut dengan claudicatio intermiteen.
b.      Hambatan gerak sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c.       Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama bahkan setelah bangun tidur.
d.      Krepitasi
Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e.       Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat dilutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.

Pemeriksaan Fisik
            Pada osteoartritis pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dilakukan pada pasien yang pertama adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian pemeriksaan tanda-tanda vital seperti pengukuran suhu, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah sehingga didapatkan hasilnya tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 88kali/menit, pernafasan 20kali/menit, dan suhu 36,40 C. Selain itu pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pemeriksaan fisik otot dan sendi dengan cara inspeksi, palpasi dan pergerakan pada sendi bahu, siku, pergelangan tangan dan tangan (dengan tambahan tes sensoris jari untuk menguji integritas dari n. ulnaris pada palmar dan dorsal manus: digiti IV bagian medial dan digiti V, n.radialis pada dorsum manus: digiti I, II, III, Ivbagian lateral, dan n.medianus pada palmar: digiti I, II, III, IV bagian lateral), coxae (dengan tambahan tes thomas pada keadaan tidur terlentang), lutut, dan pergelangan kaki dan kaki. Pada pemeriksaan fisik pasien osteoartritis didapatkan ;
a.       Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini. Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerak saja).
b.      Krepitasi
Awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat didengar sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif di manipulasi.
c.       Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakan pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak ( <100 cc ). Sebab lain karena osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.
d.      Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
e.       Deformitas sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
f.       Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan, ostoartritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
Gambar 1. Jari Tangan Asimetris3
Pemeriksaan Penunjang
            Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk osteoartritis.3 Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan ( <8000/m) dan peningkatan protein.  Pemeriksaan darah dilakukan untuk menyingkirkan osteoartritis sekunder atau keadaan osteoartritis lain yang dapat menyerupai osteoartritis.
            Pada gambaran radiografi atau MRI osteoartritis didapatkan penyempitan sendi dan pembengkakan, tampak spur formation atau osteophyt pada tulang subchondral, dan lesi sklerotik pada sendi.3 Pemeriksaan ini diperlukan pada beberapa keadaan tertentu. Bila OA pada pasien dicurigai berkaitan dengan penyakit metabolik atau genetik seperti alkaptonuria, oochronosis, displasia epifisis, hiperparatiroidisme, penyakit paget atau hemokromatosis  (terutama pemeriksaan radiografi pada tengkorak dan tulang belakang).
            Pemantauan progresivitas dan outcome osteoartritis, terdapat 3 cara untuk memantaunya, yaitu :
1.      Pengukuran nyeri sendi dan disabilitas pada pasien misalnya nilai algofungsional dari WOMAC, indeks beratnya nyeri lutut dan panggul.
2.      Pengukuran perubahan struktural pada sendi yang terserang, misalnya radiografi polos, MRI, artroskopi, dan ultrasound frekuensi tinggi.
3.      Pengukuran proses penyakit yang dinyatakan dengan perubahan metabolisme atau perubahan kemampuan fungasional dari rawan sendi artikuler, tulang subkondral atau jaringan sendi lainnya., misalnya marker rawan sendi dalam cairan tubuh, skintigrafi tulang, pengukuran resistensi terhadap kompresi pada rawan sendi dengan mengukur kemampuan identasi atau penyebaran.
Diagnosis
Working diagnosis : Osteoartritis
Defferential Diagnosis
1.      Rhematoid Artritis
Rhematoid artritis adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung.4 Ditemukan pada penyakit demam rematik, yang terkena ialah sendi besar-besar, dan berpindah-pindah (polyrthritis migrans). Nyeri yang sangat, merupakan tanda khas bagi sendi yang bengkak dan meradang. Jaringan yang terkena menunjukkan synovitis acuta, yang mengakibatkan cairan synovial bertambah. Jaringan subsinovial, jaringan periartikuler, dan ligamen juga terkena sedikit.4 Gejala klinik pada rhematoid artritis yaitu terjadi kaku pagi hari, artritis pada 3 daerah persendian lebih, artritis pada persendian tangan, artritis simetris, nodul rhematoid (nodul subkutan) pada tonjolan tulang, faktor rhematoid serum positif, dan adanya perubahan gambaran radiologis pada pemeriksaan sinar x tangan posterior atau pergelangan tangan yang menunjukkan harus adanya erosi.
2.      Septik Artritis
Artritis septik merupakan infeksi bakteri pada sedi. Bakteri dapat masuk ke dalam sendi melalui luka terbuka disekitar sendi atau bisa berasal dari area lain dalam tubuh. Gejalanya meliputi demam, bengkak, dan kemerahan disekitar sendi, rasa nyeri, dan penurunan mobilitas.4 Tanda-tanda infeksi dapat diperiksa dari cairan yang dikeluarkan dari sendi. Artritis septik diobati dengan antibiotik yang diberikan terus menerus selama beberapa minggu. Obat-obatan anti radang yang tidakmengandung steroid mungkin juga akan diberikan.
3.      Robekan Miniskus
Robekan miniskus merupakan penyakit degeneratif ( terlihat pada pasien yang lebih tua karena cedera traumatis yang memiliki tulang rawan lebih rapuh) dan robekan miniskus bisa terjadi karena cedera traumatis (sering terlihat pada atlet). Mekanisme yang paling umum dari robekan miniskus terjadi ketika sendi lutut dibengkokkan dan lutut kemudian memutar.4 Gejaa klinis yang paling umum dari robekan miniskus adalah :
a.       Lutut nyeri
b.      Pembengkakan lutut
c.       Kelembutan saat menekan robekan miniskus
d.      Popping atau mengklik di dalam lutut
e.       Terbatas gerak sendi lutut
4.       Bursitis
Bursitis adalah peradangan pada kantung cairan antara sendi yang membantu melindungi otot, tendo, dan ligamen. Bursitis mempunyai gejala yang bervariasi dari nyeri sendi dan kekakuan lokal, untuk nyeri terbakar yang mengelilingi sendi di sekitar bursa yang meradang. Dalam kondisi ini, rasa sakit biasanya lebih buruk selama dan setelah aktivitas, dan kemudian bursa dan sekitarnya sendi menjadi kaku keesokan harinya di pagi hari. Gejala bursitis pada umumnya terjadi sakit didaerah lokal tertentu, kekauan, nyeri di daerah sendi utama, peningkatan rasa sakit jika melakukan aktivitas, dan terjadi pembengkakan dan rasa hangat.
Epidemiologi
            Osteoartritis disebut juga sebagai penyakit sendi degeneratif, yang artinya adalah jenis penyakit sendi tersering dan merupakan salah satu penyebab kecacatan utama di negara-negara maju.5 Penyakit ini ditandai oleh erosi progresif tulang rawan sendi. Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 33 milyar USS dikeluarkan per tahun untuk biaya pengobatan dan hilangnya hari kerja. Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan wanita 12,7%. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena.6 Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sanggat mengganggu mobilitas pasien, karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosial ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.
Etiologi
            Pada sebagian besar kasus, osteoartritis timbul secara perlahan tanpa kausa pemicu yang jelas sebagai suatu fenomena penuaan (osteoatritis idiopatik atau osteoartritis primer). Pada kasus-kasus ini, penyakit biasanya melibatkan beberapa sendi (oligoartikular) meskipun dapat juga generalisata. Pada sekitar 5% kasus , osteoartritis timbul pada usia lebih muda, yang mempunyai faktor-faktor predisosisi, misalnya riwayat cidera, cacat perkembangan kongenital satu atau lebih, atau penyakit sistemik tertentu, seperti diabetes, okronosis, hemokromatosis, atau obesitas, berlebihan.7 Pada keadaan-keadaan ini, penyakit disebut osteoartritis sekunder dan sering melibatkan satu atau beberapa sendi presdiposisi, misalnya gangguan gangguan sendi bahu atau siku pada pemain baseball, dan sendi lutut pda pemin basket. Jenis kelamin ikut berperan menentukan distribusi. Lutut dan tangan lebih sering terkena pada wanita, dan panggul pada pria.
Faktor resiko osteoartritis juga disebabkan karena beberapa faktor, yaitu faktor umur;  jenis kelamin dimana usia <45 tahun perbandingan antara wanita dan pria sama sedangkan pada usia >50 tahun wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria; suku bangsa; faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap osteoartritis, terutama pada kasus yang melibatkan tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik berperan yang belum teridentifikasi meskipun keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11 diperkirakan berperan pada beberapa kasus; kegemukan dan penyakit metabolik; cedera sendi, pekerjaan dan olahraga; kelainan pertumbuhan (osteoartritis pada usia muda); faktor lain-lain (faktor tingginya kepadatan tulang); dan faktor-faktor untuk timbulnya.
Patofisiologi
            Selama ini osteoartritis sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang tidak dapat dihindari. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam deoksiribonukleat (DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah insulin like growth factor (IGF1), growth hormon, transforming growth factor beta (TGF-B) dan coloni stimulating factors (CSFs).8 Faktor pertumbuhan seperti IGF1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF1.8
            Faktor pertumbuhan TGF beta mempunyai efek multipel pada matriks kartilago yaitu merangsang sintesis kolagen dan proteoglikan serta serta menekan stromeilisin, yaitu enzim yang mendegradasi proteoglikan, meningkatkan prdouksi prostaglandin E2 (PGE2) dan melawan efek inhibisi sintesis PGF2 oleh interleukin-1 (IL-1). Hormon lain yang mempengaruhi sintesis komponen kartilago adalah testosteron, beta estradiol, platelet derivat growth factor (PDGF), fibroblast growth factor dan kalsitonin.
            Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matrik rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respons imun yang menyebabkan inflamasi sendi.
            Pada rawan sendi pasien osteoartritis juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik.8 Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone aging lewat subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit.8 Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari lepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo, atau ligamen serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga dapat diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medula spinalis serta kenaikan tekanan vena intermeduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling pada trabekula dan subkondral.
Gambar 2. Patogenesis Osteoartritis4
Manifestasi Klinik
            Kelainan disekitar rawan sendi tergantung pada sendi yang terkena, tetapi prinsipnya adalah adanya tanda-tanda inflamasi sendi, perubahan fungsi dan stuktur rawan sendi seperti persambungan sendi yang tidak normal, gangguan fleksibilitas, pembesaran tulang serta gangguan fleksi dan ekstensi, terjadinya instabilitas sendi, timbulnya krepitasi, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
            Sendi-sendi yang terkena pada osteoartritis biasanya carpometacarpal 1, metatarsophalangeal 1, sendi apofisealtulang belakang, lutut, dan paha.8 Adanya predileksi osteoartritis pada sendi-sendi tertentu adalah nyata sekali. Sebagai perbandingan, osteoartritis siku pergelangan tangan, glenohumeral atau pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang selektif seperti itu sampai sekarang masih sulit dijelaskan. Salah satu teori mengatakan bahwa sendi-sendi yang sering terkena osteoartritis adalah sendi-sendi yang paling akhir mengalami perubahan-perubahan evolusi, khususnya dalam kaitan dengan gerakan mencengkram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi tersebut mungkin mempunyai rancang bangun yang suboptimal untuk gerakan-gerakan yang mereka lakukan, mempunyai cadangan mekanis yang tak mencukupi, dan dengan demikian lebih sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah mengalami adaptasi lebih lama.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada osteoartritis yaitu nyeri dan kekauan sendi yang dapat menjadi sangat berat sehingga penderita tidak bisa beraktivitas.
Penatalaksanaan
Medika mentosa         
Tujuan terapi adalah menghilangkan nyeri dan kekauan, memperbaiki, mobilitas sendi, mengurangi gangguan fungsi, dan memperbaiki quality of life. Terapi farmakologis dilakukan terutama untuk mengurangi nyeri. OA banyak diderita pada usia lanjut karena itu harus hati-hati dengan efek sampingnya. Untuk nyeri ringan sampai sedang gunakan dulu obat seperti asetaminofen yang merupakan terapi line pertama untuk OA karena relatif aman, efektif dan lebih murah dibandingkan dengan obat OAINS dengan dosis 325-650 mg tiap 4-6 jam sehari dn maksimal 4 gram/hari, tetapi bila rasa nyeri masih ada, berikanlah OAINS ( Oat Anti Inflamasi Non Steroid ) yang tepat.9 Meskipun asetaminofen diangap sebagai analgesik yang paling aman, namun penggunaan lama dapat menimbulkan gangguan hati dan ginjal, sehingga penggunaan asetaminofen harus digunakan hati-hati pada penderita penyakit hati atau pecandu alkohol. Penggunaan asetaminofen dalam jangka waktu yang lama memperlihatkan timbulnya hipertensi terutama pada wanita.
NSAID diberikan apabila pasien OA tidak efektif dengan asetaminofen atau penderita OA dengan reaksi inflamasi. NSAID bekerja dengan menghambat sinstesis prostaglandin dengan cara menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi.9 Golongan yang menghambat COX-2  adalah celecosib dan nama dagangnya yaitu rofecoxib yang ditarik dari peredaran karena efek sampingnya yang menyebabkan infark miokard dan stroke.
Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk OA karena tidak terbukti keuntungan, tapi efek samping meningkat terutama pada penggunaan yang lama. Suntikan intra-artrikuler Metilprednisolon asetat20-40 mg atau Triamsinolon hexasetonoid 10-20 mg dapat mengurangi nyeri, terutama bila ditemukan adanya efusi sendi. Nyeri berkurang dalam 24-72 jam setelah suntikan dengan puncak hilangnya nyeri setelah 1 minggu dan bertahan untuk 4-8 minggu.9
Injeksi hyaluronat merupakan asam hyaluronat dengan berat molekul tinggi yang merupakan salah satu bahan kartilago yang menghasilkan lubrikasi pada pergerakan dan shok yang terjadi saat pergerakan sendi cepat. Ditemukan menurunnya kadar hyaluronat endogen pada OA, sehingga diperlukan pemberian zat yang mirip dari luar melalui suntikan intra-artikuler. Pemberian suntikan hyaluronat intra-artikuler meningkatkan viskositas cairan sinovial dan mengurangi rasa nyeri temporer. Efek sampingnya yaitu pembengkakan (kemerahan) dan reaksi kulit lokal (rash, ekimoses, pruritus/gagal). Preparat yang diberikan dapat berupa suntikan natrium-hyaluronat (hyalgan dan supartz) disuntikkan 1kali tiap minggu selama 5minggu berturut-turut, sedangkan hylan polimer (synvisc) dan hyaluronan (orthvisc) disuntikkan tiap 3minggu.9
Kapsaisin, ekstrak cabe merah menyebabkan pelepasan dan berkurangnya substansi P dari serabut saraf, sehingga mengurangi rasa nyeri pada OA bila diberikan topikal di area sendi yang terkena yang dikombinasikan dengan analgesik/NSAID. Agar efektif pemberian harus reguler karena baru terlihat efeknya setelah 2minggu.9 Kapsaisin ditoleransi baik, sebagai pasien mengeluh rasa terbakar, panas, dan menyengat pada tempat aplikasi.
Glukosamin dan kondroitin merupakan suplemen yang menunjukkan stimulasi sintesis proteoglikan dari kartilago artikuler secara in-vitro. Meskipun aman, kedua zat ini tidak  menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan plasebo dalam mengurangi rasa nyeri, mengurangi penyempitan celah sendi, limitasi fungsi sendi, dan kemungkinan replacement sendi lower limb. Efek samping glukosamin ringan seperti kembung, bloating, dan kramps. Tidak boleh diberikan pada pasien yang alergi kerang-kerangan. Sedangkan efek samping kondroitin hanya mual.
Non medika mentosa
            Terapi non farmakologis pada OA dapat dilakukan pemberian edukasi dan konsultasi diet, terapi fisik, olahraga untuk memulihkan gerakan sendi serta mengurangi kekauan sendi dan nyeri, menggunakan alat bantu asisstive dan orthotik (tongkat, walkers, braces, insole), serta melalukan pembedahan (osteotomi, joint debridement, osteophyte removal artroplasti, joint fussion).8
Prognosis
            Prognosis osteoartritis pada umumnya baik, namun jika terjadi pada ekstremitas bawah seperti lutut prognosis relatif buruk karena sendi ini sering digunakan untik berjalan.
Pencegahan
            Pencegahan osteoartritis dapat dilakukan dengan berolahraga dengan cara yang benar, menjaga sendi seperti berjalan, berdiri, dan mengangkat sendi yang benar, mengonsumsi vitamin D,C,E dan makanan yang bergizi, menghindari setiap faktor resiko osteoartritis seperti obesitas, dan menjaga berat badan agar tetap ideal. Beberapa suplemen makanan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit ini. Beberapa suplemen umum yang biasa digunakan adalah glukosamin dan kondroitin.
Kesimpulan

            Pada pasien yang mempunyai keluhan sudah berlangsung lama, dan berkembang secara perlahan-lahan, serta memiliki ciri nyeri sendi, hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, deformitas, dan perubahan struktur anatomi serta pada pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik maka pasien menderita osteoartitis.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti