PERUBAHAN
ORGANISASI DAN MANAJEMEN STRES
1.
Kekuatan
untuk Perubahan
Tabel 1.1 Kekuatan-kekuatan
Pendorong Perubahan
Kekuatan-kekuatan
Pendorong Perubahan
|
|
Kekuatan
|
Contoh
|
Keadaan
Angkatan Kerja
|
· Keragaman
kultur yang lebih besar
· Populasi
yang lebih tua
· Banyak
karyawan baru dengan ketrampilan yang belum memadai
|
Teknologi
|
· Komputer
yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih mudah dibawa kemanapun
· Pengunduhan
musik secara online
· Penerjemahan
kode genetika manusia
|
Guncangan
Ekonomi
|
· Kebangkitan
dan kejatuhan saham dot-com
· Runtuhnya
pasar saham 2000-2002
· Tingkat
suku bunga yang sangat rendah
|
Persaingan
|
· Pesaing
global
· Merger
dan konsolidasi
· Pertumbuhan
e-commerce
|
Tren
Sosial
|
· Ruang
bincang-bincang di internet
· Pensiunnya
kaum baby boomers
· Meningkatnya
diskon dan peritel “big box”
|
Perpolitikan
Dunia
|
· Perang
Irak-AS
· Pembukaan
pasar di Cina
· Perang
melawan terorisme pascatragedi 11 September 2001
|
2.
Mengelola
Perubahan Terencana
Perubahan (planned change) adalah membuat sesuatu berbeda sedangkan perubahan
terencana adalah (planned change)
adalah aktivitas-aktivitas perubahan yang disengaja dan terarah pada tujuan
tertentu. Tujuan perubahan terencana adalah meningkatkan kemampuan organisasi
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan dan untuk mengubah
perilaku karyawan. Dalam organisasi yang bertanggung jawab menjalankan kegiatan
perubahan tersebut adalah agen perubahan (change
agents) yaitu para maanjer ataupun non-manajer, karyawan perusahaan yang
masih aktif, karyawan yang baru saja direkrut, atau konsultan luar. Jika
menyewa konsultan luar untuk menjadi agen perubahan dpat menawarkan perspektif
objektif yang sering tidak ada pada diri oaring-orang dalam tetapi kelemahannya
adalah kurangnya pemahaman yang kurang memadai mengenai riwayat, kultur,
prosedur operasional, dan personalia organisasi tersebut. Lain halnya dengan
manajer dalam organisasi yang lebih
bersikap seksama karena mereka harus hidup dengan konsekuensi dari tindakan mereka.
bersikap seksama karena mereka harus hidup dengan konsekuensi dari tindakan mereka.
3.
Resistensi
terhadap Perubahan
Resistensi terhadap perubahan
menunjukkan adanya kadar stabilitas dan prediktabilitas perilaku. Resistensi
terhadap perubahan juga dapat menjadi sumber konflik fungisonal. Upaya
resistensi yang implicit tidak nyata terlihat misalnya terkikisnya kesetiaan
kepada organisasi, turunnya motivasi kerja, naiknya tingkat kesalahan kerja.
Sumber resistensi terhadap perubahan dapat dari individual dan organisasional. Sumber-sumber individual adalah
kebiasaan, rasa aman, faktor-faktor ekonomi, takut pada hal yang belum
diketahui, dan pemrosesan informasi yang selektif. Sedangkan sumber-sumber
organisasional adalah inersia structural, fokus perubahan yang terbatas,
inersia kelompok, ancaman terhadap keahlian, ancaman terhadap relasi kuasa yang
sudah mapan, dan ancaman terhadap pengalokasoan sumber daya yang sudah mapan.
a. Mengatasi Resistensi terhadap
Perubahan
· Pendidikan dan Komunikasi
Komunikasi dapat mengurangi resistensi
pada dua tingkat yaitu komunikasi dapat menghilangkan efek dari kesalahan
informasi dan komunkasi yang buruk, dan komunikasi dapat membantu “menjual”
perubahan.
· Partisipasi
Keterlibatan para peserta dapat mengurangi
resistensi, memenangkan komitmen, dan meningkatkan mutu keputusan perubahan.
Tetapi aspek negatifnya adalah berpotensi lahirnya solusi yang buruk dan
terbuangnya banyak waktu.
· Membangun Dukungan dan Komitmen
Riset terhadap para maanjer
menengah menujukkan bahwa apabila para manajer atau karyawan memiliki komitmen
emosional yang rendah terhadap perubahan mereke lebih menyukai status quo dan
menentang perubahan tersebut.
· Negosiasi
Negosiasi sebagai taktik mungkin
diperlukan bilamana resistensi dating dari sumber yang memegang kuasa. Cara ini
memiliki risiko yaitu agen perubahan sering kali ditekan oleh individu yang
memiliki posisi kuasa yang setara.
· Manipulasi dan Kooptasi
Manipulasi mengacu pada upaya-upaya
untuk mempengaruhi secara tersembunyi sedangkan kooptasi adalah bentuk
manipulasi sekaligus partisipasi. Kooptasi berusaha menyogok para pemimpin
kelompok-kelompok resisten dengan member mereka peran kunci dalam keputusan
perubahan.
· Memilih Orang yang Menerima
Perubahan
Penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan untuk dengan mudah menerima dan beradaptasi terhadap perubahan
berkaitan dengan kepribadian. Orang yang mudah menerima perubahan biasanya
terbuka dengan pengalaman, menunjukkan sikap positif yang mengarah terhadap
perubahan, mau mengambil risiko, dan fleksibel dalam berperilaku. Organisasi
dapat memfasilitasi perubahan dengan memilih orang-orang yang memiliki skor
tinggi pada karakteristik ini.
· Koersi
Koersi
yakni yakni ancaman atau paksaan pada resisters.
Contohnya ancaman menutup pabrik jika karyawan tidak menyetujui pemotongan
upah, ancaman akan dimutasi, tidak mendapat promosi, evaluasi kinerja yang
negatif, dan surat rekomendasi yang tidak baik.
b. Politik Perubahan
Karena
perubahan akan mengganggu status quo, pada dasarnya ia akan mengarahkan pada
aktivitas politis.
Agen
perubahan internal khususnya individu yang memiliki posisi yang tinggi dalam
organisasi yang akan mengalami kerugian dari perubahan. Mereka telah mencapai
posisinya dengan mengembangkan keahlian dan pola perilaku yang diharapkan
organisasi. Perubahan adalah ancaman bagi keahlian dan pola perilaku ini. Jika
perubahan membuat mereka tidak sesuai lagi dengan nilai organisasi, ini akan
memberikan potensi bagi orang lain dalam organisasi untuk mendapatkan kekuasaan
yang telah susah-payah mereka dapatkan.
Dorongan
untuk berubah lebih banyak datang dari agen perubahan eksternal, karyawan baru
dalam organisasi, atau dari manajer yang mulai tergeser dari struktur kekuasaan
utama. Manajer yang telah lama berkarir pada suatu organisasi atau telah
mencapai posisi senior biasanya menjadi penghalang utama terhadap perubahan.
Perubahan merupakan ancaman bagi status dan posisi mereka. Namun mereka
diharapkan untuk mengimplementasikan perubahan untuk menunjukkan bahwa mereka
tidak hanya sebagai pengemban tugas. Dengan bertindak sebagai agen perubahan,
secara simbolis mereka menyampaikan pada konstituen – pemegang saham,
suppliers, karyawan, dan pelanggan – bahwa mereka mampu beradaptasi terhadap
lingkungan yang dinamis. Tentu saja ketika dipaksa untuk mengenalkan perubahan,
mereka cenderung mengimplementasikan perubahan secara perlahan. Perubahan yang
radikal akan sulit diterima.
4.
Beberapa
Pendekatan untuk Mengelola Perubahan Organisasi
a. Model Tiga Tahap dari Lewin
Kurt
Lewin berpendapat bahwa perubahan yang berhasil seharusnya mengikuti tiga
langkah, yakni unfreezing, movement, dan refreezing.
Unfreezing
yakni upaya untuk menghadapi tekanan dari resistensi individu dan kesamaan
kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yakni driving force (mengarahkan perilaku untuk menjauhi status quo), restraining force (menghindari
pergerakan dari ekuilibrium yang telah ada), atau kombinasi dari dua pendekatan
ini.
Selanjutnya
dilakukan movement yakni transformasi organisasi dari status quo ke kondisi
akhir yang diinginkan.
Riset
menunjukkan bahwa agar efektif perubahan harus berlangsung dengan cepat.
Sekali
perubahan diimplementasikan, agar perubahan berhasil maka kondisi ini harus
segera di-refreezing agar dapat
berlangsung lama. Tujuan refreezing
adalah untuk menstabilkan situasi yang baru dengan menyeimbangkan driving forces dan restraining forces.
b. Rencana Delapan Tahap dari Kotter
untuk Menetapkan Perubahan
John Kotter mengembangkan Model Tiga Langkah Lewin
agar lebih detail.
· Unfreezing
1. Membangun
sense of urgency dengan membuat
alasan yang memaksa mengapa perubahan dibutuhkan.
2. Membentuk
koalisi dengan wewenang yang mencukupi untuk memimpin perubahan.
3. Membuat
visi baru agar dapat mengarah pada perubahan dan strategi untuk mencapai visi
baru tersebut.
4. Mengkomunikasikan
visi pada seluruh bagian dalam organisasi.
· Movement
5. Memberi
wewenang pada yang lain untuk bertindak sesuai visi dengan menghilangkan
hambatan untuk berubah dan mendorong pengambilan risiko dan pemecahan masalah
dengan kreatif.
6. Merencanakan,
membuat, dan memberi penghargaan bagi mereka yang bergerak kearah visi baru.
7. Mengkonsolidasikan
perbaikan, menilai kembali perubahan, dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan
dalam program yang baru.
· Freezing
8. Mempertegas
perubahan dengan menunjukkan hubungan antara perilaku baru dengan keberhasilan
organisasi.
c. Riset Tindakan
Penelitian
tindakan yakni proses perubahan yang didasarkan pada kumpulan data yang
sistematis kemudian pemilihan tindakan perubahan berdasarkan indikasi atau
hasil analisis data. Dalam hal ini metode ilmiah digunakan untuk me-manage
perubahan yang direncanakan. Langkah-langkah dalam penelitian tindakan yakni
diagnosa, analisa, umpan balik, tindakan, dan evaluasi.
Penelitian
tindakan setidaknya memberi dua manfaat bagi organisasi. Pertama, ia lebih problem-focused dan solution-centered. Kedua, karena penelitian tindakan lebih banyak
melibatkan karyawan, ia akan mengurangi resistensi untuk berubah.
d. Pengembangan Organisasi
Pengembangan
organisasional yakni kumpulan intervensi perubahan yang terencana, dibangun
dari nilai humanistik-demokratis, yang bertujuan untuk perbaikan efektivitas
organisasi dan kesejahteraan karyawan.
Berikut
nilai-nilai yang mendasari upaya pengembangan organisasional.
· Menghargai
orang lain
· Kepercayaan
dan dukungan
· Kesetaraan
wewenang
· Konfrontasi
· Partisipasi
Berikut
enam intervensi yang dapat digunakan agen perubahan.
· Pelatihan Sensitivitas
Pelatihan
ini dilakukan melalui interaksi kelompok yang tidak terstruktur. Peserta diajak
dalam lingkungan yang bebas dan terbuka dimana mereka dapat berdiskusi secara
interaktif dengan dipandu oleh ahli perilaku professional. Kelompok ini
berorientasi proses dimana individu mempelajari sesuatu melalui pengamatan dan
partisipasi, bukan karena diajarkan.
· Survei Umpan Balik
Yakni
penggunaan kuesioner untuk menidentifikasi ketidakcocokan persepsi diantara
anggota kelompok, yang diikuti dengan diskusi dan perbaikan untuk mengatasi
ketidakcocokan tersebut.
· Konsultasi Proses
Yakni
menyewa konsultan dari luar untuk menidentifikasi proses dalam organisasi yang
membutuhkan perbaikan.
· Pembentukan Tim
Membentuk
interaksi diantara anggota tim untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan.
· Pengembangan Kelompok
Merupakan
upaya untuk mengubah sikap, stereotip, dan persepsi yang dimiliki masing-masing
kelompok. Salah satu pendekatan yang digunakan yakni menekankan pada pemecahan
masalah. Dalam metode ini, tiap kelompok bertemu secara independen untuk
menyusun daftar persepsi atas dirinya, kelompok lain, kemudian daftar yang
disusun tiap kelompok dibandingkan dan dicari persamaan dan perbedaannya.
Perbedaannya kemudian dijelaskan, dan dicari penyebab timbulnya perbedaan
tersebut.
5.
Isu-isu
Kontemporer tentang Perubahan bagi Manajer Masa Kini
a. Teknologi di Tempat Kerja
Kemajuan teknologi dewasa ini mengubah tempat kerja
memengaruhi kehidupan kerja para karyawan.Dua isu khusus yang berkaitan dengan
teknologi proses dan pekerjaan adalah proses perbaikan yang terus menerus dan
rekayasa ulang proses.
b. Merangsang Inovasi
Merangsang inovasi adalah cara yang dapat dilakukan
sebuah organisasi agar dapat menjadi lebih inovatif.Inovasi adalah sebuah
gagasan baru yang dijalankan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu
produk,proses, atau layanan.Inovasi adalah jenis perubahan yang lebih
khusus.Variabel-variabel struktural merupakan sumber potensi inovasi yang
paling banyak dikaji yaitu sturktur organik, masa kerja yang lama dalam
manajemen, sumber daya manusia, dan komunikasi antar unit yang intens.
c. Menciptakan Organisasi Pembelajar
Organisasi pembelajar adalah sebuah organisasi yang telah
mengembangkan kapasitas untuk terus menerus beradaptasi dan berubah.Ciri-ciri
organisasi Pembelajar yaitu:
·
Adanya
satu visi bersama yang diyakini dan disepakati semua orang.
·
Orang
meninggalkan cara pikir lama dan prosedur standar yang mereka gunakan untuk
menyelesaikan persoalan atau menjalankan pekerjaan.
·
Para
anggota memahami segenap proses,aktivitas, fungsi dan interaksi organisasi
dengan lingkungan sebagai bagian dari suatu sistem interrelasi.
·
Orang
secara terbuka saling berkomunikasi tanpa rasa takut pada kritik atau hukuman.
·
Orang
meninggalkan kepentingan pribadi mereka dan kepentingan departemen yang
terfragmentasi untuk bekerja sama mengwujudkan visi organisasi.
Terdapat 3 cara yang
dilakukan para manajer untuk menjadikan perusahaan mereka sebagai
organisasi pembelajar yaitu:
·
Susun
strategi
·
Rancang
kembali struktur oraganisasi.
·
Bentuk
kembali struktur organisasi
d. Mengelola Perubahan: Keterikatan dengan
Kultur
Dalam kultur yang meyakini bahwa manusia dapat menguasai
lingkungan mereka, para individu akan berpandangan proaktif terhadap
perubahan.Jika perubahan itu mungkin, orientasi waktu sebuah kultur dibutuhkan
untuk mewujudkannya.Resistensi terhadap perubahan dipengaruhi oleh keyakinan
masyarakat terhadap tradisi.Dalam kultur yang memiliki jarak budaya tinggi,
upaya-upaya perubahan akan cenderung diterapkan secara autokratis oleh
manajemen puncak.Sebaliknya kultur yang berjarak kekuasaan rendah menghargai
metode yang demokratis.Para pejuang ide yang berhasil melakukan segala sesuatu
secara berbeda dalam kultur yang berbeda-beda.
6.
Tekanan
Kerja dan Pengelolaannya
a. Pengertian Tekanan
Stres
/ tekanan merupakan suatu kondisi saat seorang individu dihadapkan pada suatu
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkat dengan apa yang dihasratkan
individu tersebut dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres
lebih sering dikaitkan dengan tuntutan yang merupakan tanggung jawab, tekanan, kewajiban
dan bahkan ketidakpastian yang dihadapi di tempat kerja serta sumber daya
merupakan hal-hal yang ada dalam kontrol seseorang individu yang dapat
digunakan untuk menanggapi tuntutan.
b. Memahami Tekanan dan Akibatnya
Stres
adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban
rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan
kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak
selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres
memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi
hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang
tekanan berupa beban kerja yang berat dan
tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan
positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan
dari pekerjaan mereka.
Stres bisa
positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau
stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda
dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun
riset mengenai stres tantangan dan stres
hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan
memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres
hambatan.
c. Sumber-sumebr Potensi Tekanan
Faktor
lingkungan: Selain
memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para
karyawan dan organisasi. Perubahan dalam
siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan
pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.
Faktor
organisasi: Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat
menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan
tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu
menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah
beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor
ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi. Tuntutan tugas adalah
faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi
desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan.
Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara
bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin
pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber
stres.Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan
kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran
menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.Tuntutan
antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan.Tidak adanya dukungan
dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres,
terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor
pribadi: Faktor-faktor pribadi terdiri
dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter
yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi.
berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan
masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah
ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala
pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi
kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa
gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar
merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan
kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa
sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk
mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika
kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi
stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang
diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
Akibat Stres
Stres
menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang
sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi
mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera
makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stres
dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Gejala Fisiologis: Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala
fisiologis. Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat
menciptakan perubahan dalam metabolisme,
meningkatkan detak jantung dan tarikan
napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Gejala Psikologis: Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat
menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan
adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata
dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi
psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan
sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Gejala Perilaku: Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku
meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran
karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta
kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Ada banyak riset yang
menyelidiki hubungan stres-kinerja. Pola yang paling banyak dipelajari dalam
literatur stres-kinerja adalah hubungan U-terbalik. Logika yang
mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh
dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Pola U-terbalik ini
menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan
dalam intensitas stres.
Comments
Post a Comment