Skip to main content

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Oleh Drs. Acep Komara, SE., Msi.
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon


Motivasi Penelitian
Beberapa penelitian terhadap penerapan suatu sistem dalam perusahaan dihadapkan kepada dua hal, yaitu perusahaan mendapatkan keberhasilan penerapan sistem atau kegagalan sistem. Tolok ukur keberhasilan sistem mengarah pada penggunaan sistem dan kepuasan pengguna. Kedua tolok ukur tersebut juga digunakan dalam riset sistem informasi sebagai pengganti (surrogate) untuk mengukur kinerja sistem informasi akuntansi. Di beberapa penelitian juga disebutkan bahwa ukuran organisasi, perusahaan yang memiliki dengan yang tidak memiliki pendidikan dan pelatihan pengguna, komite pengendali SI dan lokasi departemen SI merupakan variabel-variabel yang juga mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi. Namun didapatkan hasil yang tidak konsisten dalam penelitian satu dan yang lainnya. Dimana tidak ada perbedaan signifikan dalam kepuasan pengguna dan penggunaan sistem antara perusahaan yang mempunyai dan tidak mempunyai program pendidikan dan pelatihan pengguna, dan departemen SI yang independen. Hasil-hasil ini konsisten dengan studi oleh DeLone (1988) dan Choe (1996), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelson & Cheney (1987) dan Sanders & Courtney (1985). Sehingga mempersulit penarikan kesimpulan yang berarti tentang hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja sistem informasi.

Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengaruh keterlibatan pengguna, kapabilitas personil SI, ukuran organisasi, dukungan top manajemen dan formalisasi pengembangan sistem terhadap kinerja SIA.

2.      Untuk mengetahui perbedaan kinerja SIA yang berkaitan dengan program pelatihan dan pendidikan pengguna, komite pengendali SI, independensi departemen SI.


Teori Yang Digunakan
Berdasarkan penelitian empiris mengenai kinerja SIA, keterlibatan pengguna, kapabilitas personil SI, ukuran organisasi, dukungan top manajemen dan formalisasi pengembangan sistem.

Permasalahan
1.      Untuk mengetahui pengaruh keterlibatan pengguna, kapabilitas personil SI, ukuran organisasi, dukungan top manajemen dan formalisasi pengembangan sistem terhadap kinerja SIA.
2.      Untuk mengetahui perbedaan kinerja SIA yang berkaitan dengan program pelatihan dan pendidikan pengguna, komite pengendali SI, independensi departemen SI.

Hipotesis
·             H1.1    :  Terdapat pengaruh positif signifikan keterlibatan pengguna dalam proses pengembangan SIA terhadap kinerja SIA.
·             H1.2    :  Terdapat pengaruh positif signifikan kapabilitas personil SI terhadap kinerja SIA
·             H1.3    :  Terdapat pengaruh positif signifikan ukuran organisasi terhadap kinerja SIA.
·             H1.4    :  Terdapat pengaruh positif signifikan dukungan top manajemen terhadap kinerja SIA
·             H1.5    :  Terdapat pengaruh positif signifikan formalisasi pengembangan sistem terhadap kinerja SIA.
·             H2.1    :  Kinerja SIA lebih tinggi di dalam suatu organisasi yang memiliki program pelatihan dan pendidikan pengguna dibandingkan dengan organisasi yang tidak memiliki program pelatihan dan pendidikan pengguna.
·             H2.2    :  Kinerja SIA lebih tinggi dalam organisasi yang terdapat suatu komite pengendali SI dibandingkan dengan organisasi yang didalamnya tidak terdapat komite pengendali SI.
·             H2.3    :  Kinerja SIA lebih tinggi dalam suatu organisasi yang departemen SI-nya independen dibandingkan dengan suatu organisasi yang departemen SI-nya tidak independen.


Metoda Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur skala menengah dan besar yang ada di wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon. Pemilihan obyek ini didasari pertimbangan bahwa dua daerah ini memiliki laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) cukup tinggi yakni 4,88% dan 4,31%. Begitu pula kontribusi sektor industrinya terhadap PDRB menunjukkan angka cukup tinggi masingmasing 11,30% dan 33,89%.

Jumlah populasi sebanyak 333 perusahaan diperoleh dari Direktori Industri tahun 2002 dari Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten dan Kota Cirebon. Perhitungan jumlah sampel minimum penelitian ini menggunakan rumus dari Rao (1996) pada tingkat confidence level 95%, jumlah sampel adalah 83. Pengumpulan data dilakukan melalui mail survey, jasa enumerator, dan oleh peneliti langsung kepada responden.

Hasil
1.      Pengaruh keterlibatan pengguna terhadap kinerja SIA (H1.1)
Keterlibatan terbukti berpengaruh secara positif signifikan terhadap kepuasan pengguna. Hal ini dibuktikan dengan nilai t-hitung 3,627 > t-tabel 1,989. Besarnya pengaruh keterlibatan terhadap kepuasan adalah sebesar 34,8 persen. Begitu pula Keterlibatan terbukti berpengaruh secara positif signifikan terhadap penggunaan sistem. Terbukti nilai t hitung sebesar 2,632 > t-tabel 1,989. Adapun besarnya pengaruh keterlibatan adalah 27 persen.

2.      Pengaruh Kapabilitas terhadap Kinerja SIA (H1.2)
Variabel kapabilitas tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung 0,037 < t-tabel 1,989. Akan tetapi Kapabilitas terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap penggunaan sistem. Terbukti nilai t hitung 2,336 > t-tabel 1,989. Adapun besarnya pengaruh kapabilitas terhadap penggunaan sistem adalah sebesar 22 persen.

3.      Pengaruh Ukuran Organisasi terhadap Kinerja (H1.3)
Hipotesis (H1.3) dapat diterima kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung 2,743 > t-tabel 1,989. Adapun besarnya pengaruh ukuran organisasi terhadap kepuasan pengguna sebesar 23,9 persen. Sedangkan terhadap penggunaan sistem, variabel ini tidak berpengaruh. Terbukti nilai t hitung 0,217 < t-tabel 1,989.

4.      Pengaruh Dukungan Top Manajemen terhadap Kinerja (H1.4)
Hipotesis (H1.4) dapat diterima kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung 2,190 > t-tabel 1,989. Adapun besarnya pengaruh dukungan top manajemen terhadap kepuasan pengguna sebesar 22 persen. Begitu juga Dukungan top manajemen berpengaruh terhadap penggunaan sistem. Terbukti nilai t hitung 2,266 > t-tabel 1,989. Adapun besarnya kontribusi yang disumbangkan variabel dukungan top manajemen terhadap penggunaan sistem adalah sebesar 24,4 persen.

5.      Pengaruh Formalisasi terhadap Kinerja (H1.5)
Hipotesis (H1.5) dapat diterima kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung 2,309 > t-tabel 1,989. Adapun besarnya pengaruh formalisasi terhadap kepuasan pengguna adalah sebesar 23,7 persen. Akan tetapi Formalisasi tidak berpengaruh terhadap penggunaan sistem. Terbukti nilai t hitung 1,533 < t-tabel 1,989.

6.      Perbedaan Kinerja SIA berdasarkan pelatihan dan pendidikan pengguna.
Hipotesis (H2.1) (Kinerja Kepuasan Pengguna) tidak dapat diterima kebenarannya. Terbukti nilai Z-hitung -1,831 dengan sig sebesar 0,067 > 0,05, maka inferensi yang diambil adalah kepuasan pengguna akan cenderung sama, baik yang berada di dalam perusahaan yang memiliki program pelatihan dan pendidikan maupun didalam perusahaan yang tidak memiliki program pelatihan dan pendidikan.
Hipotesis (H2.1) (Kinerja penggunaan SIA) tidak dapat diterima kebenarannya. Terbukti nilai Z-hitung sebesar -1,535 dengan sig sebesar 0,124. Oleh karena sig sebesar 0,124 > 0,05, maka inferensi yang diambil penggunaan sistem cenderung sama pada perusahaan baik di dalamnya terdapat pelatihan dan pendidikan dengan perusahaan yang didalamnya tidak mendapatkan pelatihan dan pendidikan.

7.      Perbedaan Kinerja SIA Berdasarkan Komite Pengendali SI
Hipotesis (H2.2) (Kinerja kepuasan pengguna) tidak dapat diterima kebenarannya. Terbukti nilai Z-hitung -1,200 dengan sig sebesar 0,230 > 0,05, maka inferensi yang diambil adalah kepuasan pengguna akan cenderung sama, baik yang  berada di dalam perusahaan yang didalamnya terdapat komite pengendali maupun yang didalamnya tidak terdapat komite pengendali.
Hipotesis (H2.2) (Kinerja penggunaan SIA) tidak dapat diterima kebenarannya. Terbukti nilai Z-hitung sebesar -0,542 dengan sig sebesar 0,588. Oleh karena sig sebesar 0,588 > 0,05, maka inferensi yang diambil penggunaan sistem cenderung sama pada perusahaan baik di dalamnya terdapat komite pengendali SI dengan perusahaan yang didalamnya tidak terdapat komite pengendali SI.

8.      Perbedaan Kinerja SIA Berdasarkan Lokasi Departemen
Hipotesis (H2.3) (Kinerja kepuasan pengguna) tidak dapat diterima kebenarannya. Terbukti nilai Z-hitung -0,816 dengan sig sebesar 0,414 > 0,05, maka inferensi yang diambil adalah kepuasan pengguna akan cenderung sama, baik yang lokasi departemen SI-nya berada terpisah maupun yang bergabung dengan bagian lain.
Hipotesis (H2.3) (Kinerja penggunaan SIA) tidak dapat diterima kebenarannya. Terbukti nilai Z-hitung sebesar -0,558 dengan sig sebesar 0,577. Oleh karena sig sebesar 0,577 > 0,05, maka inferensi yang diambil penggunaan sistem cenderung sama pada perusahaan yang lokasi depertamen SI-nya terpisah (independen) dengan perusahaan yang lokasi departemen SI-nya bergabung (dependen) dengan bagian lainnya.

Saran
1. Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya, perlu menambahkan variable moderating, intervening, maupun independen seperti ketidakpastian lingkungan, kompleksitas teknologi, dan kompleksitas organisasi.
2.  Pada penelitian berikutnya perlu dilakukan pengamatan dengan objek yang lebih luas, sehingga lebih dapat dijadikan acuan bagi kepentingan generalisasi permasalahan.

3.   Perlu ditambahkan metode wawancara dalam upaya pengumpulan data untuk menghindari kemungkinan responden tidak objektif dalam mengisi mail survey. 

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti