Skip to main content

ApakahTerdapat Mispriced Akrual ? Bukti Dari Tes Model ICAPM

Are Accruals Mispriced? Evidence From Tests Of An Intertemporal
Capital Asset Pricing Model
(IntertemporalCapital Asset Pricing Model)
Mozaffar Khan

Motivasi Penelitian
Anomali asset pricing bertentangan dengan teori yang ada bahwa perbedaan cross-sectional dalam pengembalian return yang diharapkan adalah karena perbedaan dalam risiko. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sloan melaporkan bahwa perbedaan return tinggi dan rendah dalam akrual tidak dijelaskan oleh perbedaan risiko yang diukur dengan CAPM atau ukuran perusahaan. Penemuan tinggi dan rendah akrual dalam penetapan harga saham, yang berhubungan dengan risiko, sering disebut sebagaian anomali  akrual. Terdapat pertanyaan disetiap perdebatan atas mispricing adalah apakah model benchmark pricing (atau model penyesuaian risiko) terhadap kesalahan yang diukur dapat dijelasan secara empiris.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penjelasan yang berbasis risiko untuk anomali akrual menggunakan ICAPM dengan model empatfaktor.
  1. Menyajikan bukti yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari variasi cross-sectional dalam tingkat pengembalian rata-rata perusahaan akrual tinggi dan rendah adalah karena risiko. 
  2. Mengusulkan sebuah model empat factor yang di motivasi oleh kemajuan terbaru dalam literatur asset pricing sehingga menunjukkan nilai kontrol yang lebih luas untuk risiko. 


Teori yang digunakan
ICAPM (Intertemporal Capital Asset Pricing Model), risiko diukur dengan menggunakan model empat faktor.

Permasalahan
  1. Apakah bukti yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari variasi cross-sectional dalam tingkat pengembalian rata-rata perusahaan akrual tinggi dan rendah adalah karena risiko ?
  2. Bagaimana sebuah model empat faktor yang di motivasi oleh kemajuan terbaru dalam literatur asset pricing sehingga menunjukkan nilai kontrol yang lebih luas untuk risiko?


Hipotesis
Tidak ada

Metodologi Penelitian
Untuk menguji apakah anomali akrual dapat dijelaskan oleh risiko yang diukur dengan model empat faktor, digunakan metoda regresi two-pass cross- sectional.

Hasil Penelitian
Hasil dari tes mispricing:
Tes ini menolak model jika harga error tersebut melebihi nilai kritis. CAPM tidak dapat menjelaskan variasi cross-sectional dalam pengembalian, sebagaimana dibuktikan oleh komposit tinggi kesalahan harga menghasilkan (¼ 74,4, p-value 0.5%). Hasil ini menegaskan temuan di Sloan (1996) akrual yang mispriced relatif terhadap prediksi CAPM. Perkiraan tahunan premi risiko pasar adalah sekitar 6,5% dalam tes ini, dimana kelebihan pasar kembali adalah satu-satunya faktor risiko.

Hasiltesportofoliohedge:
Secara keseluruhan, model empat fakto rmenghasilkan portofolio lindung nilai abnormal return yang jauh lebih kecil dibandingkan yang dihasilkan oleh model-model lain yang diuji, dan secara statistik tidak signifikan untuk empat portofolio lindung nilai. Namun, karena abnormal return tiga portofolio lindung nilai secara statistik signifikan, sebagian dari akrual anomali tidak dapat dijelaskan oleh model empat faktor.

Saran
Jurnal yang berasal dari desertasi penulis, sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga walaupun dipersingkat namun masih dapat dimengerti oleh pembaca.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti