Skip to main content

Di Balik Sebuah Warna

RumahCom – Warna dinding memang memberi kesan tertentu bagi sebuah ruangan. Tak heran jika efek dari warna menjadi mitos yang wajib diikuti. Hasilnya, kita tidak bisa kreatif dan rumah jadi monoton tanpa aura.

Sebenarnya, dengan kreativitas dan imajinasi dalam permainan warna, Anda bisa membuat ruangan indah. Berikut ini beberapa mitos warna dan cara menyiasatinya:

Warna Putih Memberi Kesan Luas
Penggunaan warna putih tak selamanya menjadikan sebuah ruangan terlihat luas atau lega. Pemberian warna putih yang berlebihan bahkan dapat membuat ruangan terasa membosankan. Triknya, jika Anda cukup nyaman dengan warna putih di dinding, tambahkan sapuan warna lain padaplafon rumah Anda sebagai aksen.

Warna Gelap Terkesan kusam
Warna gelap dan berat seperti cokelat, hijau lumut atau biru laut belum tentu membuat ruangan menjadi kusam. Berikan sentuhan warna terang melalui pemilihan warna furnitur di dalam ruangan tersebut, sehingga ruangan Anda yang bercat gelap tidak akan
terlihat kusam.

Warna Pastel Terkesan Feminin
Bagi Anda seorang lelaki, jangan takut memilih warna-warna pastel seperti hijau daun, biru langit atau bahkan krem untuk mewarnai kamar atau ruangan di dalam rumah. Anda tetap dapat menggunakan warna pastel yang dikombinasikan dengan warna gelap, misalnya untuk bagian lis (bingkai) plafon, atau memberikan warna gelap pada sisi tengah dinding yang berwarna pastel.

Warna Dasar Cocok untuk Kamar Anak
Pemberian warna di dinding kamar anak tidak terbatas hanya menggunakan warna-warna palet atau warna dasar yang terang saja. Anda dapat menggunakan warna sekunder seperti biru toska atau magenta, kemudian variasikan dengan aplikasi stiker dinding yang sesuai dengan kepribadian anak.
Selamat mencoba!

Sumber: Yahoo

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti