Skip to main content

Memulihkan Raga Agar Menjadi Ceria

Setiap harinya Anda melakukan rutinitas yang sama. Bangun tidur, bersiap-siap untuk kerja, menghadapi kemacetan, hingga melewati hari yang sibuk di kantor. Tanpa Anda sadari, rutinitas itu membuat ‘baterai’ dalam tubuh dan pikiran Anda pun menurun.
Lalu bagaimana agar Anda bisa merasa segar kembali? Cobalah beberapa cara sederhana berikut ini untuk menyegarkan kembali jiwa Anda.
Jadilah kreatif
Cobalah untuk mencari aktivitas yang membutuhkan kreativitas, seperti menggambar, melukis, atau mengabadikan pemandangan lewat foto. Jika Anda merasa tidak punya bakat di bidang ini, maka carilah kegiatan di mana Anda tetap bisa menikmati karya seni, seperti pergi ke museum, melihat-lihat lukisan, dan lain sebagainya.
Dengan melakukan kegiatan kreatif, Anda akan memperbolehkan diri sendiri untuk bisa menikmati momen itu. Anda akan merasa lebih santai, jauh dari rasa cemas, dan bersemangat karena bisa memunculkan keinginan untuk melakukan sesuatu yang kreatif.
Tulislah jurnal
Gunakan buku harian atau blog untuk mencurahkan segala macam perasaan Anda. Baik itu perasaan senang, sedih, atau marah, tuliskan saja di jurnal Anda tersebut. Hal ini bisa bermanfaat terutama ketika Anda merasa tidak bisa bercerita kepada siapa pun tentang masalah Anda. Dengan menulis jurnal, Anda pun bisa melepaskan perasaan buruk dalam diri, yang akhirnya bisa menyegarkan kembali jiwa Anda dan membuat Anda merasa lega.
Tertawalah
Ini merupakan cara paling ampuh untuk menyegarkan jiwa Anda. Pergilah bersama teman-teman yang menyenangkan dan coba untuk batasi pembicaraan seputar topik-topik lucu yang bisa membuat Anda tertawa. Tidak ingin pergi bersama teman? Maka coba tonton film komedi dan nikmati waktu sendiri Anda. 
Sumber: Kabar24

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bu...

Penjelmaan Dewa Wisnu Turun Ke "Mercapada" Sebagai Awatara

1.    Matsya  Awatara   Awatara Wisnu yang berwujud ikan raksasa Dewanagari: मत्स्य‍‍ Ejaan Sanskerta: Matsya Golongan:  Awatara   Wisnu Untuk kegunaan lain dari Matsya, lihat  Matsya (disambiguasi) . Dalam ajaran  agama Hindu ,  Matsya  ( Dewanagari : मत्‍स्‍य; , IAST :  matsya ,  मत्‍ स्‍ य ) adalah  awatara Wisnu bahasa Sanskerta , kata  matsya  sendiri berarti ikan. Menurut  mitologi Hindu , Matsya muncul pada masa  Satyayuga , pada masa pemerintahan Raja  Satyabrata  (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu ), putra  Wiwaswan , dewa matahari. Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana  air bah  yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat  bahtera  besar. Kisah dengan tema serupa juga dapat disimak dalam kisah  Nabi   Nuh , yang konon...

Upacara Pitra Yadnya (Memukur) Menyucikan Roh Leluhur

Pelaksanaan upacāra Mamukur, seperti upacāra-upacāra Yajña lainnya disesuaikan dengan kemampuan Sang Yajamana, yakni mereka yang melaksanakan upacāra tersebut. Secara garis besar, sesuai kemampuan umat dibedakan menjadi 3 kelompok, yakni yang besar (uttama), menengah (madhya) dan yang sederhana (kanistama). Pada upacāra Mamukur yang besar, rangkaian upacāranya terdiri dari: Ngangget Don Bingin, yakni upacāra memetik daun beringin (kalpataru/kalpavṛiksa) untuk dipergunakan sebagai bahan puṣpaśarīra (simbol badan roh) yang nantinya dirangkai sedemikian rupa seperti sebuah tumpeng (dibungkus kain putih), dilengkapi dengan prerai (ukiran/lukisan wajah manusia, laki/perempuan) dan dihiasi dengan bunga ratna. Upacāra ini berupa prosesi (mapeed) menuju pohon beringin diawali dengan tedung agung, mamas, bandrang dan lain-lain, sebagai alas daun yang dipetik adalah tikar kalasa yang di atasnya ditempatkan kain putih sebagai pembungkus daun beringin tersebut.