Skip to main content

5 Makanan yang Bisa Mempertajam Pedengaran

Makanan bernutrisi untuk membuat pendengaran semakin tajam :
  1. Jeruk

    Jeruk merupakan buah yang banyak mengandung vitamin C, E dan sekaligus sebagai sumber kalium. Vitamin C dan E berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan ekstrem. Selain itu, vitamin E juga bermanfaat untuk merevitalisasi pembuluh darah dan saraf, sementara vitamin C sendiri juga akan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh yang membantu mencegah infeksi telinga.
  2. Pisang

    Pisang adalah salah satu sumber magnesium bagi tubuh, yang mampu mencegah gangguan pendengaran. Menurut para ilmuwan, magnesium akan melindungi sel-sel rambut halus di telinga bagian dalam, serta melawan efek radikal bebas dari pancaran suara keras.
  3. Dark Chocolate

    Dark Chocolate adalah sumber makanan yang banyak mengandung zat seng, dimana zat ini dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, bertanggung jawab untuk pertumbuhan sel dan membantu memeragi infeksi pada telinga.
  4. Brokoli

    Brokoli termasuk antioksidan yang berbentuk asam folat. Dimana senyawa ini bisa mengurangi resiko gangguan pendengaran hingga 20%. Selain dari brokoli, antioksidan sejenis juga ditemukan pada bayam, asparagus, kacang-kacangan, dan telur.
  5. Ikan

    Terutama ikan salmon dan tuna, dapat melindungi jantung dan sebagai pencegah menurunnya pendengaran. Karena kedua ikan ini mengandung lemak omega-3 dan vitamin D, yang salah satunya memang berfungsi untuk itu.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti