Skip to main content

4 Mitos Keliru Tentang Tidur Siang


Tidur merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam menjaga berlangsungnya proses metabolisme tubuh yang optimal. Setelah kita melakukan aktivitas sehari penuh, tubuh kita akan memerlukan tidur karena dari semua metode istirahat, tidur merupakan proses istirahat yang paling baik bagi kesehatan Anda. Dengan tidur tubuh akan kembali pada posisi relaksasi optimal sehingga dapat memberikan tambahan energi dan Anda akan kembali segar disaat bangun dari tidur.


Pandangan atau mitos yang beredar di masyarakat luas terkait dengan masalah tidur ini, misalnya:
  • Mitos: Tidur siang akan membuat kita lebih mengantuk dan sulit tidur pada malam hari.
    Fakta: Tidur siang bisa mengurangi rasa kantuk di siang hari dan membuat kita lebih segar.
    Lisa Shives, MD, seorang ahli medis di North Shore Sleep Medicine, mengatakan bahwa berdasarkan riset yang dilakukan pada peserta ujian, tidur siang yang dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 10 menit akan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengerjakan ujian tersebut.

    Kesimpulannya adalah jika Anda ingin tidur siang dengan hasil yang baik maka lakukanlah dengan rentang waktu yang tidak terlalu lama, tapi jika Anda melakukannya terlalu lama maka secara alami akan mengganggu jam tidur Anda di malam hari.

  • Mitos: Tidur siang membuat kita cepat gemuk.
    Fakta: Ternyata tidur siang tidak membuat Anda cepat gemuk. 
    Mitos ini tidak berlaku lagi apabila Anda memiliki aktivitas yang tinggi karena dengan aktivitas yang tinggi, tubuh akan membakar kalori lebih cepat. Kegemukan terjadi karena timbunan lemak berlebih pada tubuh Anda. Sejatinya, jika Anda beraktivitas fisik, tubuh akan membakar kalori lebih cepat sehingga mengurangi kalori yang tersimpan dalam tubuh, di mana kalori yang tidak terpakai berpotensi menjadi lemak hingga pada akhirnya terjadi penambahan berat badan.

    Kesimpulannya, bukan tidur siang yang membuat Anda menjadi gemuk tetapi lebih kepada konsumsi kalori berlebih dan pola makan yang salah.

  • Mitos: Minuman bersoda bisa mengusir kantuk.
    Fakta: Efek mengusir kantuk itu hanya sementara.
    Minuman bersoda memiliki kandungan gula yang tinggi. pada awalnya manfaatnya akan terasa kuat dan membuat kita segar, tapi setelah pengaruh dari gula tersebut habis, tubuh Anda hanya akan merasakan lelah dan kantuk yang lebih kuat.

  • Mitos: Olahraga hanya membuat kita cepat lelah dan mengantuk.
    Fakta: Olahraga yang bersifat ringan akan membuat Anda tetap segar dan terjaga dari rasa kantuk.
    Disela-sela waktu istirahat bekerja, cobalah untuk beranjak dari tempat duduk Anda dan lakukanlah peregangan otot ringan kemudian mulailah berjalan kaki untuk melancarkan kembali peredaran darah. Cukup lakukan disekitar kantor Anda. Tidak memerlukan waktu lama, lakukan antara 5-10 menit maka tubuh Anda akan kembali segar dan terhindar dari rasa kantuk.


Sebagian orang masih beranggapan bahwa mitos tentang tidur siang ini adalah benar. Tapi riset telah membuktikan sebaliknya. Sekarang, apakah Anda ingin merubah paradigma Anda tentang tidur siang?
Andalah yang tahu jawabannya!

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti