Skip to main content

KRI SURABAYA 591



KRI Surabaya 591 adalah kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) yang dipoduksi oleh Galangan kapal Daesun Shipbuildings & Engineering Co. Ltd, Korea Selatan. Kapal ini pembangunanya dimulai pada 26 September 2005 dan mulai resmi bertugas dalam jajaran Armada TNI AL pada 28 Maret 2008.

KRI Surabaya 591 merupakan kapal kedua dari tipe Makassar Class yang dibuat di korea selatan, sebelumnya juga pada tahun 2003 pihak Daesun Shipbuildings Engineering (DSE) telah menyerahkan kapal LPD tipe Dalpele Class yang oleh TNI dirubah menjadi KRI Dr Soeharso 990 diikuti dengan perubahan fungsi menjadi Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS).

Sama halnya dengan KRI Makassar 590, Pengukuhan nama Surabaya pada kapal ini didasarkan atas Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut tentang ketentuan pokok pemberian nama Kapal-kapal Perang Republik Indonesia. Dimana pemberian nama kapal perang RI berjenis LPD bersumber dari nama-nama kota maritim yang bersejarah bagi TNI AL.

KRI Surabaya 591 memiliki fungsi sebagai Kapal komando/markas juga sebagai kapal bantu angkut personel dan material tempur. Kapal ini memiliki panjang 122 meter dan lebar 22 meter serta berat 7.800 ton, untuk persenjataan Kapal ini dibekali sebuah meriam Boffors 40 mm, 4 pucuk meriam Oerlikon 20 mm serta 2 pucuk senjata anti serangan udara. Sebagai tenaga penggerak KRI Surabaya memiliki dua unit MPK motor utama yang mampu menempuh kecepatan maksimum 17 knot.


Sebagai Kapal perang yang bertanggung jawab dalam hal pergeseran kekuatan dan logistik, KRI Surabaya memiliki kemampuan angkut seperti menampung 722 ton bahan bakar dalam tankinya, membawa 624 ton air tawar, menampung 618 personel (100 orang ABK, 11 tamu, dan 507 pasukan) serta mampu membawa material tempur yang terdiri dari 15 truk, 22 tank, tiga helikopter tipe Mi-2/Bell, 2 unit landing craft utility (LCU).

Spesifikasi KRI Makassar 590
  • Berat : 7.800 ton
  • Panjang : 122 meter
  • Lebar : 22 meter
  • Draft : 4,5 meter
  • Kecepatan maksimal : 17 knot
  • Jarak tempuh : 30 hari (tanpa pasukan)
  • Awak kapal : 100 orang
Sonar dan Radar
  • Radar Navigasi Tokimec
Persenjataan
  • Meriam kal 40 mm bofors
  • Mitraliur 12,7
  • Rudal mistral simbad
Helikopter
  • 3 unit Helikopter ( 2 di geladak heli dan 1 di hanggar )


















Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti