Skip to main content

Menentukan Karir Berdasarkan Kepribadian


TEMPO.CO Menemukan karir yang tepat tidaklah mudah dan terkadang Anda menemukan kesalahan bahkan frustasi. Meski banyak orang mencari pekerjaan sesuai keahlian, ternyata kepribadian juga merupakan hal penting yang perlu dipertimbangkan. Berikut hal-hal penting dalam menentukan karir terkait kepribadian.

1. Pelajari kepribadian Anda sendiri sebelum menggunakannya sebagai standar pengukur karir yang akan Anda pilih. Sebab, banyak orang yang lupa dengan kepribadiannya. Jadilah penganalisis bagi diri sendiri dan cobalah untuk memahami profil psikologis. Hal ini akan membuat Anda mampu menentukan pilihan karir yang sesuai. Terlebih lagi, jangan meremehkan kontribusi keluarga dan teman. Tidak ada yang mengenal Anda sebaik mereka mengetahui Anda. 

2. Seimbangkan kepribadian dengan keahlian.
Terkadang orang dengan tipe kepribadian tertentu berkutat dalam karir yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Misalnya, orang yang sangat kreatif dan suka berbicara mungkin memiliki keahlian akuntansi, bukan akting atau seni. Dalam kasus ini, lebih baik untuk menyeimbangkan kepribadian dengan keahlian dan menemukan karir yang paling memenuhi kepribadian dan keahlian itu. 

3. Konsultasikan panduan karir pada spesialis. Para spesialis akan membantu memeritahukan Anda langkah-langkah yang perlu Anda ikuti untuk mendapatkan pekerjaan impian. Dan yang paling penting, mereka akan menjelaskan dampak dari kesalahan membuat keputusan. Ini akan jadi saat yang tepat untuk melakukan tes penilaian diri sendiri untuk mengarahkan Anda pada jalan yang tepat.

4. Pastikan Anda tidak mengorbankan minat Anda demi kepribadian. Terkadang, hobi bisa berubah menjadi karir yang menyenangkan, tanpa memperhatikan kepribadian atau keahlian. Faktanya, hobi bisa dideskripsikan sebagai kombinasi ideal dari sesuatu yang Anda suka lakukan dengan keahlian Anda. Misalnya, keahlian fotografi.

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti