Skip to main content

Warna Kamar Tidur Berpengaruh Terhadap Waktu Tidur

Jika Anda tidur di ruangan bernuansa ungu, mungkin Anda sudah menghilangkan dua jam waktu tidur malam yang berharga.
 
Warna dinding kamar tidur sangat berpengaruh terhadap tubuh kita, dan warna yang kita pilih menentukan seberapa lama mata kita tertutup. Warna biru adalah warna yang sangat membantu Anda untuk dapat tertidur.
Menurut penelitian yang dilakukan Travel Lodge, orang-orang yang tidur di kamar berwarna biru rata-rata menikmati tidur malam selama 7 jam 52 menit, diikuti dengan kuning, hijau, perak dan oranye, yang semuanya membantu Anda untuk dapat tidur dalam waktu lebih dari 7,5 jam.
 
Dalam skala lain, mereka yang memiliki kamar tidur berwarna ungu adalah orang-orang yang paling sulit tidur. Mereka rata-rata hanya bisa tidur malam dalam waktu 5 jam 56 menit. Kamar tidur berwarna cokelat, abu-abu dan emas juga tidak jauh lebih baik, hanya bisa membuat kita tidur dalam waktu kurang dari 7 jam.
 
Selanjutnya, jika Anda berharap warna merah pada dinding kamar akan meningkatkan kehidupan seks dan romantisme, Anda harus memilih cokelat sebagai gantinya. Menurut sebuah penelitian, pasangan yang berada di ruangan bernuansa cokelat karamel melakukan hubungan seksual rata-rata tiga kali dalam sepekan, sedangkan ruangan berwarna merah hanya satu kali.
 
Mungkin ini terdengar seperti omong kosong, tapi ada beberapa penilitian dalam psikologi warna yang mendukung temuan ini.

Menurut Colour Affects, yang menjalankan program psikologi warna dan membantu orang-orang memanfaatkan kekuatan warna dalam kehidupan mereka, warna sangat berpengaruh bagi kita setiap saat.
 
Menurutnya, “Warna adalah cahaya yang mengarah ke kita dari matahari.”
 
“Cahaya adalah satu-satunya bagian dari spektrum yang dapat kita lihat. Ketika cahaya mengarah pada benda berwarna, objek atau benda hanya akan menyerap panjang gelombang yang sama persis dengan struktur atomnya dan memantulkan sisanya, itulah sebabnya kita bisa melihat warna yang ada.”
 
“Ketika cahaya mengarah pada mata manusia, panjang gelombangnya diserap dalam cara yang berbeda, mempengaruhi persepsi kita. Di retina, mereka diubah menjadi impuls listrik menuju ke hipotalamus, bagian dari otak yang mengatur hormon dan sistem endokrin kita.”
 
“Dan tentu saja sistem endokrin sangat penting untuk jam tubuh dan pola tidur kita, sehingga jelas hal tersebut menjadi alasan warna yang mengelilingi kita di kamar tidur akan mempengaruhi bagaimana kita tidur.”
 
Konsultan Colour Therapy & Holistic Interior Design, Suzy Chiazzari, mengatakan: “Bukan hal yang mengejutkan bahwa dalam penelitian, warna biru menjadi warna terbaik yang dapat membantu kita untuk dapat tidur, karena warna biru sangat tenang untuk mata.”
 
“Secara psikologis kita menguhubungkan biru dengan air tenang dan langit, yang menurut kita sangat menenangkan.”
 
“Sebaliknya, meskipun sebagian orang berpikir bahwa warna ungu menciptakan nuansa mewah di kamar tidur, warna ini dapat mengurangi jumlah jam tidur. Warna ungu memiliki hubungan kuat dengan komunitas artistik sebagai warna yang menurut penelitian dapat merangsang kreativitas serta pikiran bawah sadar.
 
“Oleh karena itu tidur di ruangan berwarna ungu lebih memungkinkan untuk kita untuk bermimpi atau bahkan mimpi buruk, menyebabkan Anda merasa lelah ketika bangun di pagi hari.”

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Padmasana dan Aturan Pembuatan Padmasana secara detail

Mengingat rekan-rekan sedharma di Bali dan di luar Bali banyak yang membangun tempat sembahyang atau Pura dengan pelinggih utama berupa Padmasana, perlu kiranya kita mempelajari seluk beluk Padmasana agar tujuan membangun simbol atau “Niyasa” sebagai objek konsentrasi memuja Hyang Widhi dapat tercapai dengan baik. ARTI PADMASANA Padmasana atau (Sanskerta: padmāsana) adalah sebuah tempat untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu, terutama umat Hindu di Indonesia.Kata padmasana berasal dari bahasa Sanskerta, menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Dr. P.J. Zoetmulder  (Penerbit Gramedia, 1995) terdiri dari dua kata yaitu : “padma” artinya bunga teratai dan “asana” artinya sikap duduk. Hal ini juga merupakan sebuah posisi duduk dalam yoga.Padmasana berasal dari Bahasa Kawi, menurut Kamus Kawi-Indonesia yang disusun oleh  Prof. Drs.S. Wojowasito (Penerbit CV Pengarang, Malang, 1977) terdiri dari dua kata yaitu: “Padma” artinya bunga teratai, a

Dinamika Budaya Organisasi

DINAMIKA BUDAYA ORGANISASI A.                 Pengertian Budaya Organisasi Berdarakan pengertian kebudayaan di atas, budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bangunan pada tiga tingkatan, yaitu: Tingkatan Asumsi Dasar ( Basic Assumption ), kemudian Tingkatan Nilai ( Value ), dan Tingkatan Artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, hubungan itu sendiri, dan hal ini, asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy, keyakinan, yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya Value , Value itu dalam hubungannya dengan perbuatan atau tingkah laku, untuk itu, value itu bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-perubahan atau dengan melalui konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam bentuk tehnologi, seni, atau sesuatu yang b

Makna Acintya Dalam Hindu

Paling tidak ada dua makna yang dapat diurai berkaitan dengan “Acintya” ini. Pertama, Acintya sebagai suatu istilah yang didalam kitab suci Bhagavadgita II.25, XII.3 atas Manawadharmasastra I.3 disebut dengan kata: Acintyah, Acintyam atau Acintyasa yang artinya memiliki sifat yang tidak dapat dipikirkan. Dalam bahasa Lontar Bhuwana Kosa, “Acintyam” bahkan diberi artian sebagai “sukma tar keneng anggen-anggen”: amat gaib dan tidak dapat dipikirkan. Lalu siapa yang dikatakan memiliki sifat tidak dapat dipikirkan itu, tidak lain dari Sang Paramatman (Hyang Widhi) termasuk Sang Atman itu sendiri. Jadi, sebagai suatu istilah, “Acintya” mengandung makna sebagai penyebutan salah satu sifat kemahakuasaan Tuhan. Kedua, Acintya sebagai symbol atau perwujudan dari kemahakuasaan Tuhan itu sendiri. Bahwa apa yang sebenarnya “tidak dapat dipikirkan” itu ternyata “bisa diwujudkan” melalui media penggambaran, relief atau pematungan. Maka muncullah gambar Acintya di atas selembar kain puti